Lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Service mengatakan sektor perbankan sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian global. Namun, bank-bank Indonesia masih dianggap memiliki resistensi atau resistensi di tengah krisis global.
Bank-bank Indonesia masih tahan terhadap ancaman krisis. Ini didasarkan pada simulasi krisis (stress test) yang dilakukan oleh Moody’s. Dia menjelaskan, ketahanan bank Indonesia bisa dilihat dari net interest margin (NIM). Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa posisi NIM berada pada level 4,9 persen pada Agustus 2019. Ia menjelaskan bahwa resistensi bank Indonesia terlihat dari tingkat net interest margin (NIM). Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa posisi NIM adalah 4,9 persen pada Agustus 2019.
Direktur eksekutif CIPS Rainer Heufers mengatakan Kamis bahwa memang ada kekhawatiran yang timbul dari ketakutan akan terulangnya krisis ekonomi 1998. Melemahnya Rupiah terhadap dolar AS semakin memperkuat kekhawatiran ini.
Selain itu, Rainer menjelaskan, cadangan devisa negara jauh melebihi cadangan yang dimilikinya pada tahun 1998 dan rasio utang / PDB kurang dari setengah dari 74 persen yang dialami Indonesia pada tahun 1998. Ia juga menyarankan agar defisit anggaran dan tingkat Utang secara umum tetap di bawah kendali dan berada dalam batas aman. diatur oleh hukum.
Ini bahkan terjadi setelah Bank Indonesia (BI) mengikuti kebijakan standardisasi The Fed dengan menaikkan suku bunga tujuh kali dengan total 1,75 persen pada tahun 2018. Sebelumnya, BI optimis bahwa nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akan terus bergerak stabil dan menguat di 2019.