Empat Dekade Jual Reklame Tanpa Staf Marketing

 

Di bidang advertising, Ruth, sapaan Lewi Ruth Liliana, bukan pemain baru. Dia dan sang suami, Hendra Leksana, telah merintis perusahaan reklame bernama Starlite Advertising di Kudus sejak 1981. Kala itu keduanya baru saja menikah. 

 

Sebagai perintis, perusahaan ini jadi jujugan para pemasang iklan. Produknya beragam, mulai dari baliho, billboard, neonbox, dan berbagai media pemasaran lainnya. Banyaknya orderan membuat perusahaan ini mampu mempekerjakan hingga 40 karyawan. 

 

Seiring berjalannya waktu, banyak orang mulai melirik bisnis ini. Pesaing pun bermunculan dan menggerogoti pangsa pasar Starlite dengan menawarkan harga di bawah harga pasaran. Sementara Starlite konsisten menjual produk dan jasa sesuai harga material yang berkualitas. 

 

“Kalau ada perusahaan lain menawarkan harga lebih murah tentu karena mereka pakai bahan yang kurang bagus. Kalau mereka pakai bahan yang bagus, tidak mungkin bisa menjual di bawah harga pasaran,” terang perempuan kelahiran Kudus, 13 Mei 1955 ini. 

 

Tidak Punya Marketing

Selain material, Ruth juga menjaga kualitas reklame buatannya. Baginya, kualitas reklame yang baik tidak hanya berfungsi mempromosikan produk dan jasa perusahaan kliennya, melainkan juga bisnis advertisingnya. Maka selama 4 dekade, Ruth percaya diri menjalankan bisnis tanpa tenaga marketing. 

 

“Kalau bikinan kita bagus secara tidak langsung, itu akan jadi media promosi bisnis kita. Saya beberapa kali kehilangan konsumen karena mereka cari harga yang lebih murah di perusahaan advertising lain. Tapi setelah melihat hasil jadinya mereka kecewa dan akhirnya datang ke saya,” kata Ruth. 

 

Pelayanan Starlite tidak berhenti setelah reklame terpasang. Ruth mengatakan, pihaknya memberikan garansi perawatan hingga 1 tahun. Maka segala kerusakan yang timbul akan diservis dengan baik.

 

“Di dunia ini tidak ada sesuatu yang ‘saerah’ alias bagus tapi murah. Kalau mau bagus pasti ada harga yang harus dibayar karena kualitas bahan menentukan dan pelayanan yang memuaskan,” imbuh ibu satu anak ini.

 

Karena konsistensi menjaga mutu produk dan layanan, bisnis reklame Starlite berkembang lintas kota, provinsi, bahkan pulau. Ruth mengatakan, titik pelayanannya tersebar di sejumlah kota besar di Tanah Air seperti Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Papua.

 

Kliennya pun bukan sembarang. Sejumlah perusahaan rokok ternama di Tanah Air, resto ayam goreng, klinik perawatan kulit, apparel, hotel, bakery, ekspedisi, dan supermarket, langganan menggunakan jasanya. 

 

Pekerja Keras

Empat dekade berkecimpung di bidang advertising, Ruth menyebut tidak ada kesulitan berarti. Bagi pekerja keras sepertinya kesulitan adalah tantangan naik kelas. Maka semua dijalani dengan hati yang ringan.

 

Dukungan dari para karyawan juga menjadi sumber kekuatan. Terlebih, karyawan yang bekerja pada Starlite adalah orang-orang lama yang telah memiliki masa kerja belasan hingga puluhan tahun. Maka Ruth menganggap karyawan tak ubahnya seperti keluarga baginya. 

 

“Kita juga harus banyak-banyak berdoa dan bersyukur pada Yang Mahakuasa. Yakin saja, berkat Tuhan sudah dibagi rata untuk umatnya,” ujarnya.

 

Ruth juga tak lupa akan dukungan BPR WM dalam mengembangkan usahanya. Sejak BPR WM membuka kantor cabang di Kudus, Ruth adalah salah satu nasabah pertamanya. 

 

“Yang saya rasakan BPR WM sangat perhatian kepada nasabah. Stafnya sangat ramah dan kekeluargaan. Saya juga diberi banyak kemudahan, terutama karena bisnis saya baru dapat pemasukan setelah pekerjaan selesai,” tandasnya. (lau)

 

Infografis :
Starlite Advertising

Jl R Agil Kusumadya Ploso Gg I No 917 Kudus

(0291) 433197