Meninggalkan zona nyaman sebagai karyawan demi menjajal peruntungan di dunia usaha bukanlah pilihan yang mudah bagi Tri Meiyanti. Tak heran, ibu satu anak ini butuh waktu dua tahun untuk memantapkan keputusannya meninggalkan karir yang sudah 15 tahun dijalaninya setelah resmi mengundurkan diri dari sebuah bank asing ternama, Yanti, demikian Tri Meiyanti akrab disapa, didukung sang suami untuk memulai bisnis merangkai seserahan dan suvenir pernikahan. Awalnya, bisnis ini dipilih agar Yanti memiliki kesibukan di rumah. Lagipula, Yanti menyukai kegiatan rangkai-merangkai mahar dan seserahan.
Memanfaatkan garasi rumahnya, Yanti mulai membuat contoh seserahan. Foto seserahan buatannya dipromosikan di website miliknya, www. omahmanten.com. Dari pemasaran secara online, pesanan mulai berdatangan. Sembari mengerjakan pesanan, Yanti berinisiatif untuk menyewa sebuah ruko di kawasan Banyumanik, Semarang. Selain sebagai ruang pamer dan tempat berproduksi, ruko ini juga digunakan Yanti untuk melihat respon masyarakat terhadap bisnisnya.“Ternyata responnya bagus dan membuat saya makin yakin, bisnis ini ada prospeknya,” kata wanita kelahiran Semarang, 29 Mei 1970 ini.
Meski bisnisnya cukup menjanjikan, tak berarti perjalanan usaha Omah Manten terus mulus. Tiga tahun pertama adalah masa terberat bagi Yanti. Tak sekali Yanti merasakan jatuh bangun dalam menjalankan usahanya. Saat sedang putus asa, ia kerap berpikir untuk kembali menjadi karyawan. “Saat itu saya merasa sendiri. Jatuh bangun dan segala hal yang menguras pikiran saya rasakan sendiri. Tapi setelah bergabung dalam sebuah komunitas dan bertemu pengusaha lainnya, ada banyak hal yang bisa kami bagi bersama. Sharing pengalaman teman lain itu sangat membantu saya dalam memompa motivasi dan meyakini langkah yang saya pilih,” tuturnya. Dan benar saja. Memasuki tahun keempat, Yanti mulai terbiasa pada goncangan dan menikmati usahanya ini. “Sekarang saya menyesal, kenapa enggak resign dari dulu dan menekuni bisnis ini lebih awal. Ternyata bekerja di kantor itu mengungkung kita. Sedangkan dengan wirausaha, membuat kita belajar banyak hal dan menjadikan kita orang yang lebih berkembang,” ujarnya. Tak ingin terus-terusan terbeban biaya sewa ruko, Yanti dibantu BPR WM, membeli sebuah rumah di Jalan Waru Raya nomor 86. Di rumah ini, Yanti memproduksi sekaligus memajang aneka hantaran, seserahan dan suvenir pernikahan buatannya.
Demi memenuhi kebutuhan modal saat pesanan membludak, Yanti mengandalkan fasilitas pinjaman dari BPR WM. “Saya sangat terbantu oleh BPR WM dalam mengembangkan usaha. BPR WM tidak hanya menyediakan dana pinjaman, tapi juga berperan sebagai financial advisor. Karena kebutuhan modal saya biasanya bersifat periodik, jadi setiap ada rencana pinjaman, saya selalu diarahkan memilih pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan bayar saya,” terangnya.
Menilik segala perjuangannya dari awal hingga Omah Manten telah berkembang seperti sekarang, menurut Yanti itu tak lepas dari kegigihan dan semangatnya untuk terus bertahan. Kepada para pengusaha yang tengah merintis bisnisnya atau yang tengah dilanda kesulitan dalam mengembangkan bisnis, Yanti berkenan berbagi kunci kesuksesannya. Kunci pertama, adalah membangun usaha yang berawal dari hobi.“Kedua, harus langsung berdiri ketika jatuh. Apalagi di tahun- tahun awal pasti banyak jatuhnya. Jatuh itu biasa, tapi kita harus langsung berdiri. Agar lebih semangat, ikutlah komunitas yang bisa saling sharing pengalaman dan memotivasi. Itu sangat berguna supaya tidak merasa berjuang sendiri,” sarannya. [Lau]