Edisi 5 | Apr 2015
7
TOPIKUTAMA
dengan hutang. Hutang yang
mereka miliki untuk menjalankan
usaha, semata-mata hanya sebagai
stimulus supaya lebih giat bekerja.
Lantaran tidak terbeban hutang-
piutang, laba yang didapatkan
Joko dan Nur dari usaha produksi
beras dapat disisihkan untuk
memperbesar modal usaha.
“Itu sudah komitmen saya dan
istri untuk menyisihkan laba dan
menambah modal. Karena semakin
besar modal yang kita miliki,
Proses produksi beras.
pangsa pasar bisa dikuasai. Tapi
kita juga harus bisa menahan diri.
Kalau
cash flow
rendah, ya tidak
usah beli (gabah). Percaya saja,
rejeki sudah diatur. Kalau memang
rejeki pasti ada jalannya,” ujar
Bendahara Persatuan Pengusaha
Penggilingan Padi dan Beras
Indonesia (Perpadi) Jawa Tengah
ini saat ditemui tim WMagz
di kantornya di Desa Seyegan,
Kelurahan Karanganom, Kecamatan
Klaten Utara, Kabupaten Klaten,
awal Februari lalu.
Suplai Bulog
Saat ini usaha penggilingan padi
milik Joko dan Nur terbilang
sangat besar. Selama 20 tahun
menjalankan bisnis, keduanya
berhasil membeli alat-alat
produksi dan membangun tiga
gudang berkapasitas masing-
masing 1.500 ton. Sebagian besar
beras produksi Joko dan Nur
disuplai ke Bulog Divre Klaten.
Saat masa panen, sedikitnya 50 ton
beras per hari disuplai Joko dan
Nur ke Bulog.